Pemain Buol United Henti Jantung, CPR Selamatkan Nyawanya

  • Whatsapp

Penyebab sudden cardiac death pada pemain sepak bola

Kelainan jantung yang terjadi pada atlet sepak bola disebabkan oleh hal yang berbeda-beda. Menurut para ahli, kebanyakan kasus kelainan jantung sebenarnya sudah ada sejak lahir. Namun, ada pula penyakit jantung yang didapat dari berbagai hal, termasuk oleh proses latihan olahraga itu sendiri. Tidak semua kelainan ini bisa terdeteksi oleh pemeriksaan rutin, sehingga mungkin saja baru disadari setelah ada kejadian fatal.

Kematian mendadak pada atlet, lebih dari 90% di antaranya disebabkan oleh masalah jantung, yang secara medis dikenal dengan sudden cardiac death (SCD) atau kematian mendadak yang disebabkan masalah jantung. Kondisi ini terjadi setelah mereka mengalami henti jantung mendadak. Sepanjang tahun 1966 hingga 2004 telah dilaporkan 1.101 kasus SCD pada atlet.

Kejadian SCD dilaporkan pada berbagai arena olahraga juga. Sebesar 30% terjadi di arena sepak bola, 25% pada arena bola basket, dan 15% pada cabang olahraga lari. Penyebab SCD pada atlet berusia di atas 35 tahun umumnya adalah aterosklerosis, sementara pada usia di bawah 35 tahun penyebab yang sering ditemukan adalah kardiomiopati, gangguan irama jantung, miokarditis dan trauma pada jantung. Dari berbagai penyebab kejadian SCD, 80-90% penyakit jantung yang mendasarinya seharusnya dapat terdeteksi.

Sepak bola sendiri memang memberikan banyak manfaat bagi kesehatan. Misalnya dengan menurunkan tekanan darah, berat badan, dan kadar kolesterol. Namun, beda cerita jika anda berprofesi sebagai pemain sepak bola yang memiliki jadwal pertandingan dan latihan yang padat. Belum lagi aktivitas lainnya seperti ikut tur pramusim atau membintangi iklan.

Menurut persatuan spesialis jantung di Eropa, ada dua hal mendasar yang harus diperbaiki untuk mencegah kematian karena sudden cardiac death. Kedua hal tersebut yaitu memperketat pemeriksaan kesehatan sebelum pertandingan dan menyediakan pelayanan gawat darurat di arena olahraga yang lebih baik lagi.

Reportase: Ikhsan Madjido

Berita terkait