Dilansir dari goal.com Pada tahap pertama, wasit harus mengambil kursus C3 yang diselenggarakan oleh pengurus cabang PSSI dari kabupaten atau kota. Di sana mereka diajari berbagai hal yang mendasar.
Setelah mendapatkan lisensi C3, dan memimpin beberapa pertandingan dalam rentang waktu setahun, wasit baru bisa naik tingkat. Mereka bakal diberi kesempatan untuk mengambil kursus C2.
Kursus C2 tersebut digelar Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI. Materi yang diberikan pun lebih banyak mulai dari teori peraturan permainan sampai tes kebugaran sesuai dengan standar FIFA.
Wasit yang dinyatakan lulus dan memegang lisensi C2 diizinkan memimpin pertandingan sepakbola tingkat provinsi, seperti Porprov, Popda, dan Porda. Mereka juga boleh bertugas dalam turnamen-turnamen resmi tingkat provinsi di mana wasit tersebut aktif.
Untuk mendapat kesempatan memimpin pertandingan skala nasional wasit harus mengambil kursus C1. PSSI yang bakal menggelar agenda tersebut dengan materi semakin sulit.
Bila sudah mendapatkan lisensi C1, wasit berhak untuk bertugas di level nasional seperti liga amatir. Namun, untuk memimpin Liga 1 atau 2, pengadil lapangan tersebut bakal dilihat rekam jejaknya dan mesti lolos dari penyegaran wasit yang dilaksanakan PSSI sebelum kompetisi kompetisi dimulai.
Proses di atas sudah dilalui Muh Ikram sampai tahap C2. Mengingat usia, dirinya akan berniat beralih menjadi pengawas pertandingan atau penilai wasit.
Pihaknya menepis tudingan pengadil di lapangan hijau sering memihak atau menguntungkan pihak tertentu.
“Saya pikir tidak ada, atau pun tekanan dari pihak lain, kami memimpin sesuai dengan aturan law of the game. Kami memimpin secara fair karena kami adalah pengadil dalam lapangan,” tegasnya.
Tidak ada toleransi bagi siapapun, sesuai aturan, jelas dia, baik itu pelatih atau ofisial dilarang masuk ke lapangan, kecuali seizin wasit.
Apabila pemain atau ofisial melakukan protes, mendekati atau bahkan menyentuh wasit dengan maksud untuk mengintimidasi wasit yang pada akhirnya memengaruhi jalannya pertandingan.
“Wasit berhak memberikan kartu,” tegasnya.
Sulawesi Tengah merupakan daerah dengan potensi yang bagus. Saya yakin, sepak bola di daerah ini bisa berkembang.
Pria kelahiran Tombiano Tojo Una-Una tersebut optimis sepak bola Sulteng akan berkembang pesat di masa yang akan datang.
Reportase: Ikhsan Madjido