Terlebih, Indonesia telah mengembangkan industri hilirisasi nikel dalam lima tahun terakhir. Bahkan, telah ada tiga ada pabrik di Indonesia yang beroperasi untuk memproduksi mixed hydroxide precipitate, bahan dasar prekursor baterai.
“Selain itu, beberapa proyek manufaktur baterai juga telah direncanakan dimulai pada beberapa tahun mendatang,” ujar Erick.
Erick juga mengatakan bahwa Indonesia memiliki pasar kendaraan listrik yang besar, sehingga kerja sama dengan Australia dinilai dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi kedua negara dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Dia juga berjanji dalam sebulan ke depan Indonesia bisa memiliki roadmap untuk mengimplementasikan kerja sama ini. ***
Sumber: Tempo.co