Adapun sepanjang 2024, KPA mencatat 241 konflik agraria yang berdampak pada 638 ribu hektar lahan dan 135 ribu kepala keluarga (KK). Konflik agraria di sektor perkebunan dan agribisnis menduduki posisi pertama dengan catatan 44 kasus. Jumlah konflik ini mencapai 108 dengan luas lahan 124.545 hektare dan jumlah korban 37.553. Adapun bisnis sawit, kata Dewi, menjadi penyumbang tertinggi konflik agraria sektor perkebunan dengan catatan 88 kasus dengan luas lahan 103.133 hektare dan 29.486 korban.
“Bisnis sawit tidak bisa terus-menerus abaikan bahwa memang ada PR cukup berat dalam kebijakan-kebijakan terkait alokasi tanah untuk ekspansi kebun sawit yang terus meluas dan mendapat privilege kebijakan,” kata Dewi.
Di bawah sektor perkebunan dan agribisnis, sektor pembangunan properti menyusul dengan catatan konflik agraria sebanyak 44 kasus. Kemudian, ada sektor pertambangan sebanyak 35 kasus; konflik agraria akibat proyek infrastruktur sebanyak 30 kasus; sektor kehutanan 17 kasus; konflik di landscape pesisir dan pulau kecil sebanyak 5 kasus; serta pembangunan fasilitas militer sebanyak 5 kasus. ***
Sumber: Tempo.co