OPINI
Oleh : Harlina
Mahasiswa UIN Datokarama Palu
Akademisi dari center for Religius and Cross Cultural Studies (CRCS). Universitas Gadjah Mada, Muhammad Iqbal Ahnaf, mengingatkan pemerintah dan masyarakat untuk tetap mewaspadai kebangkitan khilafah.
Menurutnya narasi -narasi tersebut berpotensi untuk mendapatkan momentum pada tahun 2024, yang bertepatan dengan 100 tahun runtuhnya kekhalifahan Utsmaniyah. Potensi ancaman dari ideologi transnasional itu akan selalu ada.
Gagasan khilafah yang ditawarkan menjadi semacam obat segala penyakit yang mampu menyembuhkan kekecewaan, ketidak adilan, dan emosi negatif lainnya, Kamis (11/1/2024).
Narasi – narasi yang menyatakan khilafah sebagai ancaman muncul kembali menjelang setelah 100 tahun runtuhnya kekhalifahan Utsmaniyah, narasi tersebut menyatakan bahwa khilafah adalah ideologi transnasional yang dapat mengancam kestabilan ideologi Indonesia.
Padahal jika kita telusuri isi dari ideologi khilafah Islamiyyah lebih dalam, kita tidak bakal menemukan sedikit pun perkataan yang menyuruh masyarakat untuk mengubah ideologi Indonesia yaitu ‘Pancasila’, sebab semua isi ideologi tersebut diambil dari ideologi Islam, contohnya seperti 5 sila yang tertulis didalamnya. Antara lain:
- Ketuhanan yang maha Esa
- Kemanusiaan yang adil dan beradab
- persatuan Indonesia
- kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan perwakilan
- keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dari sila pertama kita disuruh untuk menyembah tuhan yang satu. Nah jika kalimat ini kita kritisi maka akan kita dapati bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang wajib untuk disembah. Sebagaimana mana yang dijelaskan dalam (Q.S Al-Ikhlas:1)
Pada sila kedua kita disuruh untuk memberikan sikap kemanusiaan keadilan serta ada yang baik kepada sesama manusia. Semua hal ini hanya diajarkan pada ideologi Islam. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang menekankan sikap kemanusiaan dengan dalil menerapkan keadilan dengan dalil serta dengan menerapkan adab yang baik kepada seluruh manusia hal ini dijelaskan dalam (Q.S An-nisa:135).
Pada sila ketiga kita diajarkan untuk selalu bersatu dalam menghadapi kondisi apa baik dari segi ancaman maupun kesenangan. Hal ini dijelaskan dalam (Q.S Al-hujurat:13)
Disila keempat dijelaskan bahwa rakyat harus dipimpin oleh seorang laki-laki yang bisa memberikan kebijakan, hak serta musyawarah dalam mengambil keputusan. Sebagaimana di jelaskan dalam (Q.S Al-imran:159)
Sedangkan pada sila kelima dijelaskan bahwa seluruh masyarakat berhak mendapatkan keadilan. Sebagaimana dijelaskan dalam (Q.S Al-maidah:8)
Khilafah bukan dalang dibalik masalah yang terjadi!
Khilafah hanya menyuruh kepada seluruh masyarakat untuk sadar atas kebobrokan sistem saat ini. Para penguasa alih-alih menjelaskan Pancasila sebagai peraturan dalam mengatur negara. Padahal Pancasila hanya sebuah alat untuk menutup kedok sistem yang rusak disebabkan karena adanya paham nasionalisme, patriotisme, liberalisme, sekularisme, dan kapitalisme.
Nasionalisme adalah paham yang menganggap kesetiaan tertinggi atas setiap pribadi harus disertakan kepada Negara kebangsaan. Paham ini mengajarkan kita untuk lebih mencintai negeri sendiri dibanding negara lain. Contohnya seperti kasus batik Indonesia yang ditiru oleh Malaysia pada beberapa tahun lalu. Paham ini membentuk pemikiran kita untuk lebih sombong terhadap pencapaian yang sudah diraih baik dari hal terkecil hingga terbesar. Tanpa melihat latar belakang saudara yang ia banggakan.
Patriotisme adalah sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya atau semangat cinta tanah air. Paham ini membentuk pola pikir kita untuk mengikuti segala aturan yang diterapkan oleh negara. Contohnya seperti : Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin, menyanyikan lagu kebangsaan, hormat terhadap dan lain sebagainya.
Liberalisme merupakan paham/ideologi yang memprioritaskan kebebasan individu sebebas-bebasnya dalam segala aspek. Paham ini mengajarkan kita untuk melakukan tindakan sebebasnya tanpa harus memikirkan dampak dan stigma orang terhadap dirinya. Contohnya seperti menjadi miss universe, masyarakat tidak boleh menjas kehidupan saya sebab ini adalah bentuk kebebasan dalam berekspresi yang diperlukan oleh negara sekarang.
Sekularisme adalah ideologi yang memisahkan antara agama dengan kehidupan. Paham ini sangat membawa pengaruh buruk terhadap pemikiran manusia. Sebab paham ini mengajarkan kita untuk memisahkan aturan Allah dalam menjalani segala aktivitas kehidupan. Contohnya seperti bekerja, dalam melakukan pekerjaan kita tidak diperbolehkan untuk memakai aturan Allah, sebab tuhan hanya ada pada saat kita melakukan ibadah. Jadi jika melakukan aktivitas selain ibadah maka tidak masalah untuk meninggalkan aturan Allah.
Kapitalisme adalah pemahaman ekonomi yang memberikan kebebasan penuh kepada semua orang untuk melakukan kegiatan dalam memperoleh keuntungan pribadi. Pemikiran ini membuat kita menjadi manusia yang egois, dimana saat melakukan kegiatan kita hanya memperhatikan keuntungan bagi diri kita sendiri tanpa memperhatikan dampak dari kegiatan yang dilakukan. Contohnya seperti para oligarki sekarang, dimana mereka mendaftarkan diri untuk jadi pemimpin dengan alih-alih untuk mengurusi rakyat, namun nyatanya semua itu hanyalah tipu daya, sebenarnya mereka hanya menjadikan kekuasaan itu sebagai alat untuk memperlancar usahanya dalam merajut keuntungan sebesar-besarnya.
Pemikiran sesat ini terus diaruskan oleh musuh Islam ke tengah umat. Dengan narasi bahwa khilafah adalah sebuah sistem yang ingin memecah belah negara sebab mereka akan melengserkan ideologi kita yaitu ‘Pancasila’ Mereka bertujuan mengubah persepsi dan pandangan masyarakat tentang sejarah khilafah yang sebenarnya. Berbagai macam upaya mereka lakukan untuk mencegah kebangkitan Islam. Musuh-musuh Islam sangat takut jika sistem kepemimpinan Islam kembali ditegakkan dimuka bumi. Bagaimana tidak, sebab mereka sangat tau apa yang bakal terjadi jika dunia ini diatur dengan sistem yang benar, maka semua tipu daya yang mereka lakukan tak bakal lagi diterima umat sebab mereka telah tercerdaskan dengan pemikiran Islam.
Khilafah merupakan sistem kepemimpinan Islam yang menerapkan hukum syara secara keseluruhan. Dalam sistem ini setiap hukum dijalankan berdasarkan aturan Allah, bukan manusia. Sebab manusia tidak pantas dijadikan sebagai pembuat hukum karena ia bersifat lemah dan terbatas. Jika manusia tetap dipaksa untuk mengambil peran dalam membuat hukum, maka akan ada banyak hal yang bertentangan dengan karakternya sendiri sebagai manusia.
Khilafah tidak boleh dianggap sebagai ancaman, karena setiap kerusakan yang terjadi dimuka bumi ini, bukan karena sistem pemerintahan Islam. Jika kita lihat secara dalam ternyata akar dari setiap masalah yang terjadi sekarang adalah karena dicampakkannya hukum Allah dan diganti dengan hukum buatan manusia, alhasil terjadilah berbagai macam kerusakan seperti banjir yang terus berulang, tingkat kemiskinan makin meningkat, pendidikan dipersulit karena biaya mahal, kesehatan dipersulit, pencurian, pelecehan, pemerkosaan, penganiayaan, penipuan dan pembunuhan terjadi dimana-mana semua kasus ini akan terus berulang jika penerapan yang dilakukan kapitalisme, sekularisme, nasionalisme, patriotisme, dan liberalisme.
Khilafah janji Allah, bukan karangan manusia!
Khilafah wajib untuk di ada dan untuk diterapkan. Sebagaimana yang diterangkan Rasulullah Saw dalam satu riwayat, manusia akan mengalami lima fase sebelum datangnya hari kiamat:
تكون النبوة فيكم ما شاء الله أن تكون، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون خلافة على منهاج النبوة فتكون ما شاء الله أن تكون، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون ملكًا عاضًا فيكون ما شاء الله أن يكون، ثم يرفعها إذا شاء الله أن يرفعها، ثم تكون ملكًا جبرية فتكون ما شاء الله أن تكون، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون خلافة على منهاج النبوة، ثم سكت
هذا الحديث حسن أخرجه أحمد (حديث 18406)
“Nubuwwah ada pada kalian sampai Allah kehendaki, hingga dihilangkan ketika Dia menghendakinya. Kemudian khalifah diatas manhaj nubuwwah sampai Allah kehendaki, hingga dihilangkan ketika Dia mengehendakinya. Kemudian kerajaan yang menggigit sampai Allah kehendaki, hingga dihilangkan ketika Dia mengehendakinya. Kemudian, kerajaan yang diktator sampai Allah kehendaki, hingga dihilangkan ketika Dia mengehendakinya. Kemudian Khalifah di atas Manhaj Nubuwwah. Kemudian beliau diam.” (HR Ahmad, Hadis Hasan)
Fase Pertama, Nubuwwah (Fase Kenabian)
Fase ini adalah fase pasca kejahiliyahan yang menyelimuti kehidupan bumi. Yaitu fase kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Khilafah ‘ala Minhaj an Nubuwwah (Fase kekhalifahan berdasar sistem kenabian)
Kekhilafahan adalah satu kekuasaan muslimin di seluruh dunia. Dengan satu pemimpin tertinggi, satu ibu kota, satu aturan.
Mulkan ‘Adhon (Fase Kerajaan yang Menggigit)
Fase ini adalah fase ‘kerajaan’ menggigit yang berawal dari berakhirnya fase khilafah. Ditandai dengan berdirinya Dinasti Bani Umayyah. Walaupun dalam sejarah Islam, fase-fase ini masih disebut kekhilafahan, tetapi bahasa Rasul lebih pas. Di mana pada fase ini fluktuasi kekuasaan dan keadilan terjadi. Tergantung pemimpin di zaman tersebut. Terkadang baik dan adil, terkadang rusak dan dzalim.
Mulkan Jabriyyah (Fase Kerajaan Diktator)
Perpanjangan fase kerajaan masih terjadi setelah kaum muslimin kehilangan kekuasaan di muka bumi. Tetapi keadaannya lebih buruk. Tentu, karena sudah berpindah dari tangan Muslimin. Fase ini adalah fase keterpurukan Muslimin, di mana bumi dikendalikan dengan tangan besi. Kesemena-menaan, kezaliman, standar ganda adalah pemandangan yang biasa ada pada fase ini. Tentu korban terbesarnya adalah Muslimin. Para ulama menyebutkan bahwa sekarang ini kita hidup di fase keempat yang masih berlangsung ini.
Khilafah ‘ala Minhaj an Nubuwwah (Fase Kekhilafahan Berdasar Sistem Kenabian)
Saat ini kita masih berada di fase keempat, itu artinya fase kelima belum datang. Tapi pasti datang!
“Ini merupakan kabar gembira akan datangnya kekuatan bagi Muslimin dan saat Muslimin memakmurkan bumi dengan kemakmuran yang membantu mereka untuk mencapai tujuan. Sekaligus memberitahukan bahwa Muslimin mempunyai masa depan cerah dari sisi perekonomian dan pertanian, seperti sabda Rasulullah: “Tidak akan terjadi kiamat hingga tanah Arab kembali hijau dan mengalirkan sungai-sungai.” (As Silsilah Ash Shahihah ¼, MS).
Khilafah bukan ancaman, tapi sistem yang hakiki!
Sebagai ideologi, Islam tidak memisahkan urusan kehidupan dengan agama. Semua itu satu kesatuan yang menyeluruh dan tak bisa dipisahkan. Bahkan karena keagungan ajaran Islam, muncullah para ilmuwan Islam yang diakui dunia. Mereka tak sekadar ilmuwan, tapi juga sekaligus menjadi ahli ibadah, ahli hadits, ahli ilmu alquran dan berbagai keahlian lainnya.
Sejarah mencatat bahwa lahirnya para ilmuwan muslim ini justru saat mereka hidup dalam naungan syariat Islam, di bawah Khilafah Islamiyah. Sebelum Islam datang, bangsa Arab hanya mengenal ilmu sejarah dan geografi. Tetapi sejak Islam tegak dan mengharuskan perluasan wilayah dengan jihad, kaum muslimin akhirnya menjelajah berbagai daerah. Mereka menempuh daratan, gunung, lembah, sungai, lautan dan berbagai bentang alam lainnya. Dari sini, berkembanglah ilmu sejarah dan geografi dari para ilmuwan muslim.
Tak hanya itu, kaum muslimin juga mulai mempelajari tentang hewan dan tumbuhan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Banyak tumbuhan yang berguna bagi pengobatan. Dari sini, ilmu zoologi dan botani dipelajari dan didalami oleh para ilmuwan muslim demi keberlangsungan hidup manusia.
Sekolah-sekolah juga kemudian dibangun oleh khalifah. Pada masa Khilafah Bani Abbasiyah, khususnya zaman Khalifah al-Mansur dan Khalifah al-Makmun, banyak aktivitas dilakukan untuk menerjemahkan karya ilmiah. Pada akhir abad ke-10 telah banyak karya ilmiah penting yang dihasilkan. Banyak para penerjemah yang terkenal dari berbagai suku bangsa, seperti Naubakht dari Persia dan Muhammad bin Ibrahim al-Fazari dari Arab.
Tak cukup sampai di situ, berbagai bidang ilmu lainnya pun dikuasai oleh para ilmuwan muslim. Kita mengenal sebagian nama-nama mereka hingga saat ini. Sebut saja al-Biruni yang terkenal di bidang kimia dan botani, al-Idrisi di bidang geografi, Ibnu Sina di bidang kedokteran, al-Khawarizmi di bidang matematika, dan sederet nama-nama ilmuwan lainnya.
Hal paling membanggakan bahwasanya ilmu yang mereka temukan tetap dijadikan sebagai acuan bagi ilmu-ilmu terapan masa kini. Dari merekalah akhirnya kita bisa mengenal arah kiblat, arah mata angin, memilih menu makanan sehat, memasak dengan cara mudah dan cepat, dan lain sebagainya.
Inilah karya ilmuwan muslim di masa keemasan peradaban Islam, yang menjadi dasar berkembangnya ilmu pengetahuan selanjutnya. Semua tak lepas dari peran negara yang memberikan ruang dan kesempatan besar pada mereka. Negara memberikan fasilitas secara Cuma-Cuma untuk mereka belajar dan mengembangkan risetnya. Sarana dan prasarana berupa bangunan sekolah dan asrama, buku-buku yang diperlukan, alat-alat laboratorium untuk penelitian, dan lain sebagainya. Bahkan, perpustakaan menjadi perhatian negara pula. Mereka terus didorong oleh negara agar mencintai ilmu. Karya-karya mereka dibukukan dengan rapi dan menjadi bahan literatur generasi selanjutnya.
Saat ini menegakkan khilafah menjadi mahkota kewajiban bagi kaum muslimin. Sebab jika tidak ada yang memperjuangkannya maka semua akan mendapat dosa karena meninggal sesuatu yang wajib. Umat harus berjuang untuk mewujudkannya, karena ini adalah misi yang besar maka tidak mampu kita jika hanya berjuang sendiri sudah sepatutnya kita berjuang bersama partai ideologis yang ingin melangsungkan kembali kehidupan Islam melalui tegaknya Khilafah. (rf/voa-islam.com)