Dalam konteks ini, wagub berpendapat penguatan peran posyandu menjadi sangat strategis. Termasuk pula Pemanfaatan aplikasi e-PPGBM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) yang ditekankan sebagai solusi pengumpulan data gizi anak yang akurat.
Data tersebut nantinya menjadi rujukan dalam menentukan intervensi spesifik berbasis by name by address.
Tak kalah penting, pengukuran status gizi anak menggunakan alat antropometri standar seperti pengukur tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan lingkar kepala juga harus dilakukan rutin dan konsisten.
“Pengukuran harus tiap bulan di posyandu,” sarannya agar data tumbuh kembang anak selalu ter-update. Selain itu, perhatian terhadap fase kehamilan juga tak kalah penting.
Penggunaan alat USG di puskesmas terangnya, tidak hanya untuk memantau kehamilan, tapi juga upaya deteksi dini risiko stunting pada janin.
Maka dari itu, Wagub reny menginstruksikan pelatihan intensif bagi tenaga kesehatan di puskesmas supaya mampu mengoperasikan USG untuk melakukan skrining pada ibu hamil.
Isu lain yang juga dibahas ialah masih tingginya angka pernikahan anak yang berimplikasi terhadap tingginya angka stunting, dan karena itu, wagub berharap supaya mata rantai pernikahan anak dapat diputus sebagai bagian dari upaya percepatan penurunan stunting. ***
editor : fathia/palu
sumber : adpim setdaprov