Wiro Sableng (212) Indonesia

  • Whatsapp

sumber : lensa kita | tio camang

FENOMENAL di konteks politik Indonesia, wabilkhusus kepemimpinan elit saat ini, Purbaya Yudi Sadewa dan Andi Amran Sulaeman bolehlah dijuluki “Wiro Sableng”. Kenapa ? Karena karakter dan gaya kepemimpinan keduanya, mirip Pendekar 2-1-2 itu: “gila”, dalam arti eksentrik dan nyeleneh. Melenceng dari pakem kepemimpinan elit saat ini.

Purbaya dan Amran, sejatinya “Pendekar 2 satu 2” bagi Indonesia. Mereka 2 pribadi yang memiliki 1 karakter kepemimpinan yang mirip, meski terekspresikan dalam 2 gaya laku berbeda. Berani dan tegas, begitulah karakter kepemimpinan keduanya. Paling tidak, dalam kesan saya.

Ambil contoh Amran, tak gentar berlawan dengan mafia pangan, kendati mendapat teguran Wapres. Tercatat 700 kasus mafia pangan dilaporkannya. Dan ditengah situasi krisis pangan, dia berani ambil resiko: meluncurkan sejumlah program cepat seperti Pompanisasi Massal yang menyalip birokrasi panjang, kendati banyak menuai kritik.

Demikian halnya Purbaya, masih awal menjabat, sudah berani bertindak penuh resiko: memindahkan Rp 200 trilyun dana cadangan di BI ke bank-bank milik negara (HIMBARA) demi meningkatkan likuiditas kredit. Dia juga berani menyentil kinerja dan praktik mafia migas di Pertamina; lalu mengancam akan menarik dana MBG yang tidak terserap; serta menolak menalangi utang proyek Whoosh dari Danantara.

Belakangan, “proyek family office” usulan Luhut pun, ditolaknya jika pakai dana APBN. Padahal Luhut adalah mantan bossnya. Dan semua tahu, dibalik mafia migas, MBG dan Whoosh, tersirat bekingan kuat.


Itu soal keberanian. Soal ketegasan? Keduanya bersikap “zero tolerance” terhadap pegawai yang melanggar. Selama menjabat, Amran dikabarkan telah memecat tidak kurang dari 11 pejabat yang ketahuan bermain fee proyek. Kemudian memutasi 1,500 pegawai di lingkungan kementerian pertanian.

Sementara Purbaya, sudah 26 pejabat Dirjen Pajak dipecatnya. Dan sekarang membikin ketar-ketir para direktur Bank Himbara dan Pertamina, karena diancam bakal diganti jika tak becus.

Begitulah karakter kepemimpinan Pendekar 2 satu 2 itu. Hanya gayanya yang beda. Jika Amran cenderung tampil dengan kesan keras penuh wibawa, sebaliknya Purbaya tampil lebih santai tanpa kehilangan wibawa. Jika Amran cenderung berbicara dengan pesan yang lugas dan tegas, sebaliknya Purbaya tampil dengan gaya blak-blakan apa adanya. Begitu cermatan saya.

Dan semua itu pastilah mengundang kontroversi. Tapi sebesar apapun kontroversi itu, Ibu Pertiwi butuh mereka. Bagaimana menurut kamu ?

Berita terkait