Pemerintah Diminta Pasang Batas Aman Tsunami

  • Whatsapp
Reporter: Ikhsan Madjido

SETIAP Ada gempa masyarakat langsung merespon dan berusaha menyelamatkan diri. Hal ini tentu saja sangat baik. Namun, yang menjadi keprihatinan adalah ketika mereka
“menyelamatkan” diri d
engan cara yang berlebihan yang justru bisa menimbulkan bencana lain bagi yang bersangkutan.
Seperti Rabu (13/3/2019)
kemarin
pagi, terjadi gempa M4,9 dengan epicenter sekitar
Tanjung Manimbaya
. Gempanya cukup
terasa bagi warga Pantai Barat k
arena hipocenter gempa hanya 10 km.
Akibatnya banyak warga Pantai Barat langsung berlarian menjauhi pantai dengan mengandalkan kekuatan masing-masing, bukan mengandalkan pengetahuan yang bisa memberi keamanan kepada mereka.
Pengamat kebencanaan Dr
Abdullah meminta pemerintah pada semua tingkatan su
dah seharusnya memberi perhatian terhadap
masalah ini
.
Menurut Abdullah hal ini penting karena akan selalu berulang ke depannya.
Sebaiknya, katanya, pasanglah tanda “Batas Aman Tsunami” di lokasi-lokasi permukiman agar warga yang rumahnya segaris ketinggian dengan batas
aman t
ersebut
dan/atau y
ang lebih
tinggi t
idak perlu mengungsi.
Mereka cukup di halaman rumahnya saja,” kata akademisi Untad ini.
Adapun yang perlu mengungsi, tambahnya, adalah warga yang tinggal antara pantai dengan batas
aman t
ersebut.
“Tetapi ketika mereka sudah mencapai batas tersebut mereka tidak perlu
lagi pergi lebih jauh dari pantai
,” ujarnya.
Pengamat bencana dengan
tagline #Bangkitmandiri ini pun beragumen u
ntuk wilayah Pantai Barat, pada wilayah
y
ang landai dengan jarak 1 km dari pantai
s
udah aman dari tsunami.
Mekipun tidak sampai
1 km jika ketinggian
nya lebih dari 15 meter di atas permukaan laut, itu juga sudah aman
dari tsunami
,” tukasnya.
Dilansir sultengterkini, gempa bumi tektonik
berkekuatan 5,0 Skala Richter (SR) kembali mengguncang Kota Palu dan Kabupaten
Donggala, Sulawesi Tengah, Rabu (13/3/2019) pagi
.
Hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika,
episenter gempa bumi terletak pada koordinat 0,01 LU dan 119,66 BT atau
tepatnya berlokasi di lau pada jarak 50 kilometer (km) arah utara Kabupaten
Donggala pada kedalaman 10 km.
Dari pantauan Relawan Aksi Cepat Tanggap khususnya di Desa
Lompio, Kecamatan Sirenja, saat gempa bumi terjadi ribuan warga berhamburan
lari ke jalan raya kemudian mengungsi ke tempat ketinggian.
Relawan ACT, Eka yang berada di Lompio mengatakan, saat ini
warga mengungsi ke kaki gunung yang sebelumnya menjadi tempat pengungsian warga
pada 28 September 2018 silam.
“Warga takut adanya gempa susulan dan tsunami jadi mereka
memilih mengungsi ke kaki gunung. Kami dari relawan ACT membantu mereka
mengangkat barang mereka ke kendaraannya,” kata Eka, Relawan ACT.
Selain membantu, sejumlah relawan ACT di lokasi juga
mengimbau kepada warga agar tidak panik dan tetap tenang dan tidak percaya
terhadap isu-isu negatif yang beredar.
**

Berita terkait