Korban Pembunuhan di Parmout, Diduga Dianiaya Sebelum Dibunuh

  • Whatsapp
banner 728x90
Keterangan foto: Jenazah ayah dan anak yang menjadi korban pembunuhan sadis saat dievakuasi ke RS Anuntaloko, Parigi Moutong, Selasa (25/6/2019). (IST)

Reporter: yohanes Clemens

KORBAN Pembunuhan sadis yang menimpa ayah dan anak di Kabupaten Parigi
Moutong, yakni Tamar (50) dan Patmar alias Patte (27), diduga dianiaya sebelum
dibunuh oleh pelaku. Hal ini terlihat, adanya luka-luka dan bekas kekerasan di
tubuh korban selain luka gorok di leher.

“Yang jelas ada tanda-tanda kekerasan benda tajam dan benda tumpul di
tubuh korban. Menurut hasil visum, korban tidak hanya mengalami luka pada satu
tempat di tubuhnya,” kata Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah, AKBP Didik
Supranoto, dalam jumpa pers di Mapolda Sulteng, Rabu (26/6/2019).

Kabid Humas menjelaskan, korban Patmar alias Patte juga mengalami luka
di ibu jari dan luka sayat di pangkal paha. Sedangkan Tamar mengalami luka
bekas kekerasan di kepala bagian belakang.

“Dan sampai saat ini pihak kepolisian masih melakukan penyidikan,
guna untuk menggungkap siapa kasus dalam pelaku pembunuhan ini,” ujar AKBP
Didik Supranoto. 

Olehnya, lanjut dia,  untuk motif
pelakupun belum kita tau, dari kelompok mana belum kita tau juga, sebab ini
masi dalam penyidikan. 

“Maka kami harapkan kepada masyarakat, agar tetap tenang, dan
mempercayakan kepada petugas kepolisian untum menggungkap kasus ini,”
himbaunya.

Kedua korban ditemukan warga bersama aparat sekira 20 meter dari pondok
di kebun korban, di wilayah Pegunungan Batu Tiga, Desa Tindaki, Kecamatan
Parigi Selatan, Selasa (25/6/2019) pagi. 
Korban diketahui warga Dusun Tokasa, Desa Tanalanto, Kecamatan Torue,
Kabupaten Parmout.

Berdasarkan keterangan saksi tambah Kabid Humas, pada Senin
(24/6/2019), sekira Pukul 07.00 wita, kedua korban dan dua warga berangkat ke
kebun yang ada di Pegunungan Batu Tiga Desa Tindaki, Kecamatan Parigi Selatan.

Kemudian pada siang hari, diketahui korban masih berada di kebunnya.
Namun, sekira Pukul 15.30 Wita saat dua saksi hendak pulang, kedua korban tidak
ditemukan lagi di kebunnya.

“Kemudian dua saksi ini pulang dan melapor pada warga untuk melakukan
pencarian. Sampai malam tidak ditemukan. Ditunggu sampai Pukul 23.00 Wita
korban juga belum pulang dari kebun,” jelasnya.

Keesokan harinya tambah Kabid Humas, warga yang berjumlah 19 orang
dibantu aparat kembali melakukan pencarian di kebun korban. Saat itulah korban
ditemukan sudah meninggal dunia sekira 20 meter dari pondoknya.

Jarak lokasi ditemukannya korban sekira lima kilometer dari pemukiman
warga. “Kurang lebih satu jam perjalanan menggunakan sepeda motor,” imbuh Kabid
Humas. 
Saat ini, kata Didik, korban masih berada di Rumah Sakit Anuntaloko,
Parigi Moutong.**

Berita terkait