Palu, – Pengrusakan Mushola di Perum Agape, Tumaluntung, Minahasa Utara Sulawesi Utara telah mengganggu stabilitas keamanan di masyarakat. Mengapa tidak, atas kejadian itu menimbulkan reaksi ummat islam menyerukan semangat toleransi di mana-mana. Bahkan, ada pula yang mengecam dan mengutuk para pelaku pengrusakan.
Toleransi sangat penting bagi kelangsungan masa depan bangsa Indonesia. Mengingat, negara ini memiliki ragam suku, agama dan rasa dan hidup dalam satu wilayah. Apabila pemahaman toleransi lemah, kejadian serupa bisa saja terjadi di daerah-daerah lainnya.
Olehnya, Ketua Umum Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Sulteng, Mohamad Rafiq kepada Kaili Post, Sabtu (1/2/2020) melalui via whats app mengecam tindakan perbuatan intoleran tersebut.
Menurutnya, peristiwa miris tersebut harus menjadi bahan pembelajaran bahwa masih minimnya pemahaman masyarakat dalam merawat dan menjaga toleransi antar umat beragama.
“Selama ini, islam seringkali dicap sebagai kelompok radikal. Padahal ummat islam tidak pernah merusak rumah ibadah,” tegasnya.
Tindakan aparat kepolisian yang menangkap terduga pelaku patut diapresiasi. Namun itu belum selesai. Peristiwa tersebut sangat sensitif apabila penangananya hanya sampai pada tataran hukum. Banyak aspek lainnya yang menjadi perhatian agar toleransi ini benar-benar dipahami bagian cara hidup berbangsa dan bernegara.
Menyelesaikan perselisihan rumah ibadah di berbagai daerah kata Rafiq, memang sering menemukan masalah komunikasi antar umat beragama. Mestinya harus dibangun komunikasi yang lebih komunikatif dengan mengendepankan pendekatan sosial yang beradab. Perlunya pendekatan local wisdom dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat. Jangan sampai ada istilah sekadar membuat program dan tidak menyentuh pada esensi beragama.
Apalagi, dengan adanya Surat Keputusan Bersama (SKB) Mentri yang mengatur pendirian rumah ibadah dengan tanda tangan minimal 60 orang warga sekitar, mesti dijalankan dengan konsisten. Jika satu wilayah membutuhkan rumah ibadah, harus ada kesepakatan bersama antar warga dan pemerintah wajib memfasilitasi. Sehingga aktivitas ibadah bisa berjalan dengan kondusif.
“Saya mengajak kepada seluruh umat islam tidak terprovokasi atas kejadian tersebut. Meskipun tidak terjadi di Sulawesi Tengah, ini jadi perhatian pentingnya merawat semangat toleransi antar umat beragama di Sulawesi Tengah. Jangan sampai kejadian ini terulang terjadi Sulteng, ” sebutnya.***
Reporter: Firmansyah Lawawi