Palu,-Tenaga Ahli Peneliti Kelautan, Pemberdayaan dan Pengabdian Masyarakat Universitas Tadulako (Untad) Dr.Ir. A. Masyhoro M.Si mengutarakan, sebanyak 1.522 unit alat tangkap nelayan rusak baik berat/ringan dan hilang akibat bencana alam 28 September 2018 silam.
Jumlah tersebut terdiri dari 432 unit alat tangkap nelayan di Kota Palu dan 1.090 unit alat tangkap ikan nelayan di Kabupaten Donggala. Dari jumlah nelayan 1.287 orang di Kabupaten Donggala dan 1.352 nelayan di Kota Palu.
Akibatnya, dibidang sektor ekonomi perikanan, Sulawesi Tengah (Sulteng) mengalami kerugian mencapai 3,5 Triliyun.
Hal itu, ia ungkapkan saat memberikan materi dalam kegiatan Seminar Nasional Pengembangan Sektor Kelautan dan Perikanan Berkelanjutan Pasca Bencana di Sulawesi Tengah (Sulteng) yang diselenggarakan oleh Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (Iskindo) dan Banyan Tree Global Foundation (BTGF), Kamis (5/3) di Swissbel Hotel Kota Palu.
Turut hadir, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulteng Arif Latjuba, Ketua Harian DPP Iskindo Moh. Abdi Suhupan, Banaya Tree Global Fondation Henry Ali Singer.
Masyhoro mengatakan, meningkatkan kesejahteraan nelayan hanya bisa diwujudkan jika Pemerintah memberikan peralatan tangkap ikan langsung kepada Nelayan.
Sehingga, Pemerintah diminta harus memiliki data base Nelayan valid agar memastikan pemberian bantuan tepat sasaran.
“Sulteng bangkit bisa terwujud jika Pemerintah berikan peralatan tangkap ikan lengkap langsung kepada Nelayan. Tidak ada cara lain,” jelas Masyhoro.
Mewujudkan hal itu, Masyhoro berpesan, kajian perencanaan menjadi kunci penting menentukan hasil disegala sektor pembangunan.
” Gagal dalam merencanakan sama halnya merencanakan kegagalan,” kata Masyhoro. ***
Reporter: Supardi