Kalimantan ‘Disulap’ Jadi Lahan Udang Vaname

  • Whatsapp
banner 728x90

Oleh: Hasanuddin Atjo

Pulau Kalimantan sangat populer sebagai penghasil kayu di sektor kehutanan, dan batubara di sektor pertambagan. Kayu sudah lama dibatasi karena dinilai sudah over eksploitasi. Sedangkan batu bara yang fungsi utama sebagai energi pembangkit lustrik, kini permintaan agak surut setelah berkembangnya energi alternatif terbarukan. Selain itu eksploitasi kayu dan batubara mendapat sorotan isu lingkungan.

Pulau Kalimantan merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia, terdiri atas lima provinsi dan secara umum tanahnya berkadar gambut tinggi, sehingga cenderung asam. Selain itu curah hujan sangat tinggi, sehingga perairan di pesisir pantai cenderung keruh, pH atau derajat keasaman cenderung rendah dan salinitas relatif rendah. Dan kondisi ini kurang menunjang bagi sebuah industri akuakultur termasuk udang vaname.

Dengan karakter dan iklim seperti ini, sangat jarang ada investor yang tertarik berinvestasi untuk produksi pangan (Pertanian, Perikanan dan Peternakan), karena investasi akan lebih mahal membiayai inovasi dan teknologi. Di tahun 2017, saya di undang oleh Bupati Kabupaten Tanah Bumbu, Mardani H Maming (kini ketua HIPMI, terpilih di 2019) untuk meninjau dan mendiskusikan kemungkinan mengembangkan budidaya udang vaname teknologi supra intensif di kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

Setelah mendapatkan lokasi yang dinilai kondisinya cukup dan layak, kemudian berdiskusi dengan sang bupati, maka dicapai kata sepakat segera di desain dan membangun tambak udang Supra intensif, karya Hasanuddin Atjo, yang di louching ketua MAI, Masyarkat Akuakultur Indonesia, Rhokmin Dahuri di kab. Barru, Sulawesi Selatan pada tahun 2012. Saya berkata dalam hati ini adalah salah satu bupati kategori visioner, inovatif dan adaptif serta update. Pantas saja pernah terpilih menjadi ketua asosiasi bupati se Indonesia dan mengundurkan diri dari jabatan bupati maupun ketua asosiasi di tahun 2018, karena ikut kontestasi Pemilihan ketua HIPMI dan memenangkan kontestasi itu.

Tahun 2018 Pembangunan tambak udang, dimulakan dan selesai di tahun 2019, dan pada pertengahan tahun 2019 tambak teknologi Supra Intensif yang pertama di Pulau Kalimantan resmi dioperasikan. Kini budidaya udang vaname teknologi Supra ini telah memasuki priode atau siklus kedua dengan capaian produksi sesuai target dan akan masuk pada priode ketiga. Kita berharap kiranya calon investor bisa mempelajarinya, untuk ikut menambah kekuatan dan daya saing industri akuakultur ini.

Tentunya dalam benak pembaca timbul beberapa pertanyaan apa yang menjadi ending dari artikel ini. Apakah ada kaitan dengan rencana Presiden Jokowi menjadikan Pulau Kalimantan, khususnya Kalimantan Tengah menjadi New Food Estate. atau ada hal lainnya yang ingin diungkap oleh penulis. Paling tidak ada lima point penting yang akan menjadi bahan diskusi selanjutnya.

Pertama, bahwa pada hakekatnya manusia memiliki tiga kepribadian yaitu Id (keinginan); Super Ego ( referensi atau isi bagasi pikiran kita) dan; Ego adalah keberanian memutuskan. Dalam konteks ini, sang bupati, Mardani H. Maming dan saya sendiri, Hasanuddin Atjo sesungguhnya telah menggunakan tiga kepribadian itu. Ego memutus keinginan itu, dilandasi oleh Super Ego yang tentunya sudah memadai. Diperlukan sebuah elaborasi antara pemodal dan inventor (inovator). Budaya ini tentunya harus terus dibangun pada kasus lainnya.

Kedua, kondisi alam dan iklim yang kurang menunjang di Kalimantan, untuk memproduksi udan vaname ternyata mampu disiasati dengan penerapan inovasi dan teknologi. Negara Arabpun dengan kondisi ekstrim dari sisi salinitas (kadar garam perairan) dan temperatur tinggi yang tinggi kini telah berhasil dan sukses memproduksi udang vaname, memenuhi kebutuhannya. Chinapun yang beriklim subtropis dapat mengembangkan budidaya udang sepanjang tahun. Dari sisi iklim tentunya Indonesia akan lebih diuntungkan karena beriklim tropis dan tidak ada perbedaan suhu atau temperatur antara musim kemarau dan hujan.

Ketiga, kini pandemic Covid-19 telah menyebabkan krisis ekonomi global bahkan sudah mengarah ke depresi. Sejumlah sektor usaha di berbagai negara banyak tutup dan menyatakan pailit. Berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi negatif, merumahkan karyawan dan Pemutusan Hubungan Kerja, makin parahnya jumlahnpengangguran maupun kemiskinan. Dan semua ini tentunya membutuhkan solusi agar bisa keluar dari tekanan. Ada dua sektor yang dinilai tidak terdampak oleh Covid-19 dan bisa bertahan bila ada tekanan bencana seperti Covid-19 yang sifatnya global, yaitu membangun kemandirian maupun ketahanan di sektor pangan dan energi.

Keempat, gagasan Presiden Joko Widodo akan memanfaatkan lahan gambut satu juta hektar di Provinsi Kalimantan Tengah, menjadi salah satu sentra pangan nasional atau New Food Estate sangat relevan. Jokowi telah mengggunakan Idnya atau keinginannya menyatakan gagasannya (ego) didasarkan oleh sebuah pertimbangan, sebuah referensi yang komprehensif yang diberi nama super ego. Dan saat ini bukan lagi tempatnya bagi kita untuk mempertentangkan karena pilihan berbeda. Eksperiens atau pengalaman mengembangkan udang vaname dengan teknologi Supra Intensif bisa menjadi sebuah jaminan bahwa inovasi-teknologi dapat menjawab semua keraguan.

Kelima, Mendagri Tito Karnavian terkait dengan Pilkada tahun 2020 untuk memilih kepala daerah, mulai Gubernur dan Bupati serta Walikota di berbagai kesempatan secara berulang mengemukakan bahwa sudah saatnya kita melahirkan pemimpin yang berkualitas. Pilkada kali ini adalah Pilkada adu konsep, dan adu gagasan terutama terkait dengan pemulihan ekonomi akibat pandemic Covid-19. Apalagi saat ini, negeri kita rentan dengan banjir bandang dan tanah longsor serta bencana alam lainnya yang setiap saat mengancam.

Secara terpisah sejumlah kalangan menilai bahwa saatnya kita harus lahirkan pemimpin yang profesional yang tentunya inovatif, adaptif dan update dengan tuntutan sebuah perubahan. Berani tinggalkan zona nyaman dan masuk ke zona baru yaitu era industri 4.0, industri digital dan era distrupsi atau perubahan yang tidak terlihat. Tidak lagi kita terperangkap karena kepentingan atau keinginan kelompok tertentu. Namun ini semua juga berpulang kepada keputusan dari pemilik hak usung dan hak suara.

Terakhir saya ingin mengatakan satu yel-yel yang sudah sering digunakan sebagai motivasi bahwa “ saya bisa, kita bisa dan pasti bisa. Kalau bukan sekarang kapan lagi dan kalau bukan kita siapa lagi”. semoga. ***

Berita terkait