Balut,- Sebagai daerah yang memiliki wilayah perairan yang cukup luas. Banggai Laut (Balut) juga memiliki hasil laut yang melimpah. Jika nelayan mampu mengelola hasil laut ini dengan baik, kesejahteraan pun akan mudah dicapai untuk para nelayan.
Pasca agendanya bersafari politik di Tinakin Laut, Ma’mun Amir kembali blusukan dan mengunjungi Keramba Jaring Budidaya dan Hasil Tangkapan Nelayan. Pemilik tempat ini adalah Feri, yang memiliki beberapa mitra kelompok nelayan.
“Pak Feri ini salah satu orang yang sukses membangun industri perikanan di Banggai Laut, jadi para nelayan bisa menjual ikannya kesini. Kemudian ikan ini dikirim ke luar negeri atau ke Makassar,” tutur Ma’mun.
Menurutnya, ini merupakan salah satu contoh yang bisa diterapkan para nelayan di Sulawesi Tengah. Untuk itu Ma’mun Amir bersama Rusdy Mastura mendorong program ‘Membangun Kawasan Industri Berbasis Komoditas Rakyat dengan Teknologi Ramah Lingkungan’ hal ini untuk mendorong Perekonomian Desa Berbasis Komoditas.
“Nelayan kalau sudah memiliki kelompok, kemudian membentuk koperasi itu melalui program saya dan pak Rusdy kami bisa berikan bantuan Kapal Tangkap yang lebih besar bukan katinting, kemudian alat tangkap yang lebih canggih dan berteknologi. Nantinya hasilnya tidak perlu bingung lagi, bisa dikirim ke industri terdekat,” ungkap Ma’mun.
Ma’mun Amir berharap dengan adanya industri selain bisa menjual ikan segar nantinya akan diolah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi siap konsumsi masyarakat. Tergantung dari peluang pasarnya. Sambil berdiskusi dengan para nelayan dan Feri, Ma’mun Amir menyempatkan untuk memancing ikan di keramba.
“Saya dulu pas menjadi Wakil Bupati Banggai, sering mancing 10 jam dari Luwuk, lokasinya banyak ikan disana. Ini bagaimana pengelolaanya ketika nelayan datang, dan berapa banyak pakan yang disiapkan,” tanya Ma’mun.
Feri mengatakan ikan yang ada dikeramba merupakan hasil tangkapan nelayan di Tinakin Laut. Kemudian ikan yang masih kecil dibesarkan dulu, yang besar di sortir untuk dipersiapkan dikirim ke luar kota dan luar negeri. Jadi hanya fokus dalam penjualan ikan segar, dan pembesaran ikan yang masih kecil.
“Pakan yang dibutuhkan mencapai 15 ton sehari, dengan memanfaatkan ikan tangkapan yang rusak setelah disortir. Jadi ikan rusak ini tidak terbuang begitu saja,” ucap Feri.*