Morowali,- Potensi ancaman gagal tanam, warga desa Bunta, membuat pemerintahan setempat menggelar pertemuan antara sejumlah warga dan tokoh masyarakat Desa Bunta Kecamatan Petasia Timur, aparat Desa, dengan pihak perwakilan PT Gunbuster Nickel Indonesia (GNI), Minggu (29/5/2021).
Pertemuan yang dipimpin langsung Kepala Desa Bunta, Chritol Lolo, didampingi Ketua BPD Bunta, Kapolsek Petasia, Danramil Petasia diwakili Babinsa, Bhabinkambtibmas itu dalam rangka menindaklanjuti pemalangan jalan masuk ke area PT GNI.
Kades Bunta dalam penyampaiannya menjelaskan bahwa kehadiran PT GNI di wilayah Bunta membawa perubahan besar bagi kehidupan masyarakat setempat, dan ia meminta jika ada permasalahan antara warga dan pihak perusahaan, maka sebaiknya diselesaikan dengan cara yang elegan, misalnya berkoordinasi serta berkomunikasi dengan aparatur desa.
Christol mengaku, ada 111 permasalahan lahan yang muncul di masa pemerintahan desa sebelumnya, namun dengan kerja keras pada kepemimpinannya, sebanyak 105 kasus telah dinyatakan selesai, hanya dalam kurun waktu 1 tahun 7 bulan.
Salah seorang warga mengatakan, pemalangan jalan dilakukan akibat adanya aktifitas pemuatan material melewati pemukiman warga yang belum diaspal sehingga membuat jalan menjadi rusak dan mengakibatkan jalur transportasi menjadi tidak nyaman.
Tak hanya itu, salah seorang warga lainnya dari Dusun III Desa Bunta, Enok Rabah juga mengeluhkan adanya aktifitas PT GNI dan perusahaan sawit PT Agro Nusa Abadi (ANA) yang diduga menyebabkan terjadinya banjir di wilayah persawahan Desa Bunta, sehingga ratusan petani terancam tak bisa lagi menanam padi di periode Juli-Agustus tahun 2021 ini.
“Ada 2 perusahaan besar yang mengakibatkan meluapnya air dan masuk menggenangi lokasi persawahan warga khususnya di Dusun III Desa Bunta ini, yaitu PT GNI dan PT Astra. Kami berharap agar pihak perusahaan mau bertanggung jawab” ungkapnya.
Dikonfirmasi terkait masalah ini, Humas PT ANA, Dody Adisatya menjelasaan bahwa PT ANA sudah tidak ada kegiatan pembangunan apa-apa lagi sejak 10 tahun terakhir, hanya merawat dan mengambil hasil dari tanaman yg ditanam. “Jadi, jika ada perubahan kondisi alam yang baru-baru terjadi saat ini, kami juga belum melakukan analisa lebih lanjut apa penyebabnya, bahkan saat ini kami juga mengalami musibah dengan banyaknya blok kami yang terendam air dengan kondisi tidak seperti biasanya. Berdasarkan pengalaman kami selama disini yang mengakibatkan kerugian yang cukup signifikan” jelasnya.
Sementara, pihak PT GNI yang coba dikonfirmasi mengenai hal ini, belum memberikan jawabanjawaban apapun. ***
Reporter: Bambang Sumantri