Morowali,- Sudah berjalan 21 hari, kasus dugaan pelecehan, penghinaan dan pengancaman yang dilakukan oleh WNA Tiongkok berinisial PF yang merupakan Kepala Koki kantin kontraktor China di lingkungan PT GNI kepada seorang perempuan berinisial STP dilaporkan ke Polres Morowali Utara.
Namun, sampai hari ini belum ada tindakan apapun terhadap pelaku, bahkan dibiarkan masih berkeliaran. Hal itu diungkapkan oleh Christina Yolanda Lanabu selaku keluarga korban, Rabu (20/5/2021).
“Apakah nanti menunggu korban lainnya dulu…??? Apakah WNA itu lebih dilindungi haknya di daerah Morut ini ketimbang warganya sendiri…??? Sebegitu lamanyakah proses menunggu keadilan ditegakkan di daerahku sendiri…??? Tanpa ada konfirmasi atau informasi perkembangan sudah sejauh mana perhatian pihak aparat atau pihak terkait menyelesaikan kasus ini” ujar Yolanda.
Menurutnya, kasus ini terkesan di ulur-ulur dengan alasan harus menunggu penerjemah untuk WNA.
“Bahkan saya mendengar sendiri informasi langsung bahwa tidak ada saksi atau siapapun yang melihat kejadian pelecehan tersebut, padahal sudah jelas-jelas korban sendiri yang adalah adik sepupu saya mengalaminya, dan dia harus kehilangan pekerjaannya yang baru 3 hari didapatkannya, karena didesak harus mengundurkan diri dan keluar dari perusahaan itu disebabkan menolak menerima tawaran asusila untuk tidur dengan bos besar pemilik perusahaan itu” ungkap Yolanda.
Atas kasus itu, Yolanda meminta kepada pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Morowali Utara, DPRD Morowali Utara, Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan, Disnaker Morowali Utara, Tokoh Masyarakat dan para orang tua di Kabupaten Morowali Utara, agar turut serta menyelesaikan masalah tersebut.
Ia menyarankan, sehubungan dengan dibukanya lowongan kerja besar-besaran di PT GNI serta sub kontraktor di lingkungan perusahaan, agar para pihak memperhatikan anak-anak perempuan atau calon tenaga kerja wanita yang berniat bekerja di perusahaan tersebut. Jangan sampai kejadian pelecehan kehormatan dan harga diri perempuan Morowali Utara diinjak-injak seperti yang terjadi pada keluarganya.
“Sampai hari ini, menurut saya kasus ini kurang bahkan tidak mendapat perhatian khusus dari pihak-pihak yang diharapkan. Kita tentunya bersyukur ada perusahaan tersebut di daerah ini, tapi jangan biarkan budaya dan harga diri kaum perempuan di daerah ini disepelekan. Mengingat pelaku pelecehan masih bebas berkeliaran, jangan sampai ada korban lagi seperti yang dialami keluarga saya karena menolak tawaran tidur dengan WNA asal China tersebut. Adik saya harus menerima konsekuensi dikeluarkan dari pekerjaannya yang baru 3 hari didapatkannya, sebab tidak ada pilihan lain” tandasnya.
Sementara, pihak Polres Morut dalam hal ini Kapolres AKBP Bagus Setiawan dan Kasat Reskrim, Iptu La Sida yang dikonfirmasi sejak pagi hari, hingga berita ini diturunkan belum memberikan jawaban.***
Reporter: Bambang Sumantri