Kepemimpinan Cudy sebagai gubernur sangat terbuka. Karakter kepemimpinannya yang bottom up, memberi ruang sangat luas aspirasi bawah langsung kepadanya. Sisi baiknya aspirasi sangat valid. Kekurangannya, akan menabrak keprotokoleran dan tata kelola birokrasi. Out of the book yang gubernur harapkan kurang dipahami jajaran pejabat birokrasi. Akibatnya, nampak kaku dan stagnan dalam merespon beberapa hal.
Demikian juga eksistensi tenaga ahli di lingkar kepemimpinan Cudy – Ma’mun mesti dimaknai sebagai ‘suplay energi’ yang simbiosis mutualisme dalam kerangka kebijakan. TA gubernur mesti dimanfaatkan birokrasi sebagai ‘suplemen’ untuk gerak cepat capaian kinerja meraih Visi Misi. Bukan sebaliknya. TA dicurigai akan mensubordinasi kewenangan OPD atau bahkan pejabat birokrasi. Hubungan kerja OPD dan TA mesti tidak dibuat rumit atau sebaliknya dibuat saingan. Tentu gubernur mengangkat TA memiliki harapan yang sama dengan birokrasi.
Hemat penulis, memasuki tahun 2023 mesti beberapa OPD dipimpin oleh pejabat yang sesuai dengan latar belakang keilmuannya atau kecakapannya. Mengingat, tahun 2023 lah tolak ukur pencapaian Visi Misi duet keduanya. Sederhana. Sampai dimana infrastruktur? Kemiskinan gimana? Dan Fiskal daerah bagaimana? ***