editor/jurnalis utama : andono wibisono
SULTENG – Kemiskinan selalu menarik diperdebatkan. Dari semua aspek, kemiskinan paling royal didiskusikan. Terlebih bagi kalangan politisi, pengamat, intelektual, dan pemerhati tentang kemiskinan. Medianya dapat di sosial media, di media mean stream, bahkan grup grup diskusi elektronik terbatas seperti WhatsApp, Telegram dan lainnya.
Sulawesi Tengah, memiliki karakteristik tersendiri terkait kemiskinan. Gubernurnya, Rusdy Mastura menyebut di wilayahnya ada kemiskinan struktural dan ada kemiskinan kultural. Olehnya, ia meminta pejabat di dinas terkait mampu membaca data dan fakta lapangan. Tidak semua diintervensi dengan pendekatan yang sama. Misalnya; kemiskinan kultural mesti diselesaikan dengan membangun peradaban. Bukan dengan memberikan bantuan, atau program yang menurut warga miskin yang berada di artas pegunungan tidak dapat dimanfaatkan dan bermanfaat. ‘’Masyarakat misikin yang terasing. Suku-suku terasing apapun diberikan pupuk, bibit dan lainnya pasti tidak digunakan. Paling dijual atau digunakan tapi tidak diurus,’’ urai mantan Wali Kota Palu dua periode itu.
Lantas bagaimana potret perkembangan tingkat kemiskinan di Sulteng dalam perspektif Indonesia. Yang menjadi menarik beredar data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sulteng menyebutkan bahwa tren pertumbuhan kemiskinan menurun setelah pandemic hingga kini. Dibandingkan sebelum pandemi covid 19. Ajaib kan data itu.