Kisah ‘Penambang Cuan’ di Lingkar Industri Nikel Morowali

  • Whatsapp

Dibanding warung sebelumnya di Fatufia, Abdullah mengungkapkan, rumah makan yang dijalankannya di Bahomakmur memanfatkan ruang lebih besar seluas sekitar 36 meter persegi.

“Dulu itu penjual makanan masih sangat kurang. Alhamdulilah pembeli itu pagi, siang, dan malam sangat lancar. Dan biasanya akan ramai saat jam makan siang, karena ada waktu istirahat karyawan dan pergantian jam kerja,” kata Abdullah.

Omzet rumah makan yang dijalankan oleh Abdullah cukup menggiurkan. Angkanya bisa mencapai Rp30–40 juta per bulan, dengan kebutuhan beras sebanyak 120 kilogram per hari.

“Bisa dikatakan rumah makan ini satu-satunya di Bahomakmur yang menghabiskan 120 sampai 125-kilogram beras per hari. Beras yang dipakai, dipesan dari Kendari, Sulawesi Tenggara,” kata Abdullah.

Dengan omzet cukup besar dan pelanggan yang banyak, Rumah Makan Dapur Pak Dul mampu mempekerjakan 17 orang untuk melayani para pembeli. Abdullah menjelaskan, jam kerja karyawannya terbagi dua waktu gilir (shift), masing-masing 8 jam. Mereka diberi upah harian sebesar Rp70 ribu–100 ribu tergantung durasi bekerja. Hingga kini, Rumah Makan Pak Dul masih mempertahankan kualitas rasa menu makanan yang disajikan.

Tak hanya usaha warung makan. Usaha lain yang juga bertumbuh bahkan menjamur di Bahodopi adalah jasa cuci pakaian (laundry). Alasan dari mereka menjalankan usaha ini cukup beragam. Ada yang mengatakan bahwa usaha ini cukup mudah untuk dikerjakan dan tidak membutuhkan modal yang besar. Ada juga yang mengatakan bahwa keutungan yang dijanjikan cukup statis dengan banyaknya jumlah karyawan yang ada di Kawasan Industri IMIP.

Berita terkait