Morowali, – Banjir bandang yang terjadi di Kecamatan Bahodopi tahun 2019 lalu, hingga kini masih menyisakan dampak yang belum juga teratasi.
Dua jembatan utama, yakni di Desa Bahodopi dan perbatasan Desa Dampala-Desa Siumbatu, belum ada tanda-tanda pembangunannya dan saat ini masih menggunakan jembatan belly.
Tak hanya itu, jalan alternatif yang merupakan satu-satunya penghubung Trans Sulawesi, kondisinya semakin memprihatinkan karena banyaknya lubang serta kubangan air.
Keluhan pun bermunculan dari pengguna jalan yang merasa sangat tersiksa jika melintas di jalan tersebut.
“Jangankan mobil, saya saja yang pakai motor minta ampun siksanya kalau lewat disitu, saya juga heran kenapa tidak diperbaiki” ungkap salah seorang karyawan tambang yang setiap harinya melintas di jalan itu.
Terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Daerah (PU-PRD) Kabupaten Morowali Rustam Sabalio yang dikonfirmasi Senin (10/2/2020), mengatakan bahwa jalan alternatif yang ada di dalam kompleks perkampungan Bali Desa Dampala merupakan jalan desa dan bisa dianggarkan jika diusulkan di APBD.
Sedangkan terkait jembatan utama di jalan Trans Sulawesi Desa Dampala-Desa Siumbatu serta jembatan Bahodopi kata Rustam, pada bulan Maret akan segera dimulai pembangunannya.
“Untuk dua jembatan di jalan Trans Sulawesi Desa Dampala-Desa Siumbatu dan Bahodopi, bulan Maret ini akan dimulai, tetapi untuk jumlah anggarannya, kami belum dapat info dari Balai” ungkapnya.
Menanggapi keluhan masyarakat, perusahaan tambang PT Oti Eya Abadi dan beberapa kontraktornya mengambil langkah melakukan penimbunan di jalan masuk dari Desa Siumbatu menuju jembatan belly.
“Kami sudah turunkan alat dan material timbunan, semoga bisa mengurangi goncangan jika kendaraan lewat disini” tandas salah satu Humas PT Oti Eya Abadi.***
Reporter: Bambang Sumantri