Morowali,- Perang urat syaraf menjelang Pilgub Sulteng 2020 semakin memanas. Sejumlah tokoh politik mulai memainkan peran untuk menjatuhkan lawan. Salah satu komentar pedas terhadap salah satu bakal calon Gubernur, Anwar Hafid terucap dari salah seorang pejabat publik, yakni Ketua DPRD Morowali Kuswandi.
Kuswandi yang menyatakan bahwa belum saatnya orang Bungku jadi Gubernur, seperti yang dikutip di media sosial facebook dari unggahan berita di salah satu situs online. Hal itu membuat salah satu aktivis pro demokrasi Abdul Jalil Alkaf turut angkat bicara. Ia mengatakan bahwa pernyataan Kuswandi yang mengatakan belum saatnya orang Bungku jadi Gubernur adalah pernyataan yang secara politik menunjukkan bahwa Kuswandi sedang panik dan takut kalah di Morowali. Sehingga segala cara dilakukan untuk membunuh karakter orang Morowali, agar orang Morowali merasa kerdil dan kecil serta merasa tidak punya pengaruh apa-apa.
“Ini sebenarnya hanya sebuah strategi politik untuk menjatuhkan mental masyarakat Morowali. Pernyataan Kuswandi juga sangat diskriminatif karena mengkerdilkan masyarakat Morowali, dia tidak sadar bahwa dia hidup di indonesia yang memiliki keberagaman etnis dan semua punya hak politik yang sama di negara yaitu berhak dipilih dan memilih” tutur Jalil.
Sebagai pernyataan politik, kata Jalil, ia merasa tidak heran karena Kuswandi adalah Ketua DPRD dari Partai NasDem yang bertanggung jawab penuh atas kemenangan pasangan Cudi-Ma’mun di Morowali. Namun arus dukungan masyarakat kepada pasangan Anwar Hafid-Sigit Purnomo Said di Morowali sangat kuat dan tidak bisa terbendung.
“Hal ini terjadi bukan karena AH orang Morowali, tapi karena AH memang punya warisan kisah sukses pada saat menjabat Bupati dua periode di Morowali. Nah situasi Inilah yang membuat Kuswandi panik dan takut karena ketika pasangan yang diusung NasDem kalah di Morowali, maka akan berkonsekuensi 2 hal. Pertama akan merusak citra dia sebagai ketua DPRD sekaligus sebagai Dewan Pakar Partai dan yang kedua akan memberikan pengaruh pada pertarungan Pilkada Bupati 2024 mendatang karena untuk konteks Morowali, pertarungan Pilgub tapi serasa pertarungan Bupati” urainya.
Jalil mengatakan, pernyataan Kuswandi tersebut selain menunjukkan rasa takut, panik dan bingung serta takut kalah, Kuswandi juga takut kehilangan jabatan sebagai Ketua DPRD.
“Dia (Kuswandi-red) takut kalau calon yang diusung NasDem kalah, dia panik kalau akhirnya partainya kalah dan dia akan menerima sanksi dari partai termasuk takut kehilangan jabatan. Dia bingung dan kehilangan cara untuk membendung kekuatan Anwar-Sigit di Morowali, jadi kalau kacamata politik saya melihat bahwa ketakutan terkecil dia adalah ketika pasangan yang diusung NasDem kalah di Morowali. Ketakutan terbesarnya adalah kehilangan jabatan sebagai Ketua DPRD” tandasnya.***
Reporter: Bambang Sumantri