Sulteng Darurat Stunting, Bagaimana Masa Depan Anak?

  • Whatsapp
banner 728x90

Sulawesi Tengah masih sedang menghadapi perang melawan pandemi Covid-19. Namun pada saat yang sama, Sulteng juga masih menghadapi tantangan permasalahan gizi buruk, khususnya stunting yang jelas ini dikhawatirkan akan jadi lebih buruk lagi akibat pandemi Covid-19 ini. Seperti dilansir dalam (antaranews.com,17/3/22) Kabupaten Donggala menempati urutan pertama dengan jumlah kasus bayi yang mengalami stunting atau kekerdilan terbanyak di Provinsi Sulawesi Tengah dari total jumlah kasus stunting di Sulteng sekitar 25 ribu orang pada tahun 2021. Dari total 25 ribu kasus stunting yang dilaporkan pada tahun 2021, Donggala berada di urutan pertama dengan presentase 26,2 persen. Kemudian diikuti Tojo Una-Una 19,6 persen. Setelah itu diikuti Sigi 18,1 persen. Menurut hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia, angka kasus stunting di Indonesia sudah turun dari 27,67 persen pada tahun 2019 menjadi 24,40 persen pada tahun 2021. Angka kasus kekerdilan di Provinsi Sulawesi Tengah masih 29,7 persen, lebih tinggi dari angka nasional.

Pemerintah tengah serius mencegah stunting melalui berbagai upaya. Seperti halnya Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Tengah yang mengedukasi dan mendampingi calon pengantin untuk mencegah stunting, kekurangan gizi kronis yang menyebabkan pertumbuhan anak terganggu sehingga badannya lebih pendek dari rata-rata anak seusianya. Selain mengedukasi dan mendampingi calon pengantin, BKKBN juga mendata dan memantau keluarga dengan risiko stunting serta merencanakan, menjalankan, memantau, dan mengevaluasi program pencegahan dan penanganan stunting.

Berita terkait