SULTENG – Masyarakat Sulawesi Tengah pasti separoh mengenal keberadaan relawan Merah Putih (RMP) Indonesia. Momentumnya berdiri pasca bencana alam Pasigala dan agenda politik Pilkada gubernur dan wakil gubernur.
Awal mulanya didirikan untuk mendukung Ahmad H Ali maju gubernur. Tapi karena Mat Ali, sapaan Waketum DPP Nasdem itu tak meneruskan niatnya, maka Rusdy Mastura ‘diendorse’ RMP Indonesia, tahun 2020.
Ormas yang memiliki 19 kantor aktif di Sulteng dan koperasi yang tersebar di Sulteng mulai mengantisipasi ‘kebosanan’ masyarakat akan eksistensi program karikatif sebuah organisasi apapun, dengan menggelar pendidikan kader atau disebut Sekolah Penggerak pertama.
Jumat, 24 hingga 26 Juni 2022 di Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Jl. Moh. Yamin Palu. Menurut Mahfud Masuara, Ketua umum RMP Indonesia, menyebutkan peserta berasal dari pengurus pusat Ormas dan Koperasi RMP.
“Pelaksanaan pendidikan ini penting kami laksanakan untuk menyamakn persepsi, RMP tidak lagi menjadi organisasi pemenangan, ke depan setelah pendidikan RMP bergerak menjadi organisasi massa yang fokus pada kemanusiaan dan pemerdayaan” ujar Mahfud.
Kami memiliki anggota 65.000 orang yang terverifikasi secara online berdasarkan nomor KTA yang dipegang masing-masing anggota. Lanjut Mahfud, dengan beragam latar belakang dan pengetahuan organisasi yang berbeda-beda.
“Jumlah anggota yang banyak itu berpotensi menjadi masalah secara internal, mereka tidak akan mengetahui visi-misi RMP dengan mengandalkan program karitatif saja, jalan keluarnya tentu saja pelaksanaan pendidikan yang bersifat reguler dan terjadwal”tuturnya.