Contoh konkrit; munculnya Koalisi Indonesia Bersatu atau KIB. Terang benderang diawaki siapa dan diselebtasi siapa. Ada LBP ketika acara KIB. Ada bos Projo. Wajar kalau KIB itu adalah koalisi besutan Jokowi. Utamanya sebagai bargaining power dengan kekuatan politik di luar Jokowi. Jokowi sudah kesusu.
Kedua; resuflle menteri. Memberi bagian pada koalisi baru. PAN dan PSI. Ada Zulfas dan Raja Julio Antonio. Publik memberi tafsir minimal PAN dan PSI tidak centil mendukung Capres bukan pilihan Jokowi. Publik pahamlah. Jangan Anies.
Politik Jawa yang membumi soal kepemimpinan telah berabad abad lampau dicontohkan. Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Kerso dan Tut Wuri Handayani. Jelas. Di depan berilah contoh. Tentu contoh baik sebagai pemimpin ke calon pemimpin.
Ing Ngarso Sung Tulodo. Jelas makna bebasnya. Yaiti beri semangat kepada yang muda. Beri kekuatan dan support kepada calon pemimpin siapa saja. Jangan politik belah bambu. Satu injak satu diangkat. Demikian pula daei belakang seorang pemimpin mesti memberi motivasi ke semua calon pemimpin. Itulah Tut Wuri Handayani.
Bila idiom – idiom Jawa terus terusan dieksploitasi tanpa makna sebenarnya maka dengan sendirinya akan berimplikasi buruk. Politik Jawa sampai kapan pun pasti akan menjadi ‘warna’ dan menentukan pusaran politik nasional. Indonesia mesti berkrepribadian luhur kenasionalan dari Sabang sampai Merauke. ***