Dua tahun belakangan, pria kelahiran 1991 ini mengembangkan organisasi disabilitas psikososial Remisi yang berfokus pada program dukungan berbasis komunitas. Di sana, ia memperjuangkan hak-hak orang dengan disabilitas psikososial bersama rekan-rekannya.
Bagaimana kisah Agus terjun ke isu disabilitas psikososial dan kesehatan mental sejak mahasiswa?
Isu Kesehatan Mental di Bangku Kuliah
Agus menuturkan, ia semula mengenal lebih jauh isu kesehatan mental ketika duduk di bangku kuliah. Saat itu, ia sempat mengalami kecemasan yang turut disadari teman dan pengajarnya.
Dari situ, ia pun memberanikan diri bertukar cerita dengan teman yang seorang mahasiswa psikologi. Di satu titik, temannya menyarankan untuk berkonsultasi dengan psikiater sehingga bisa mendapat farmakoterapi untuk depresinya.
Agus kemudian menyadari bahwa teman-teman di sekitarnya juga mengalami berbagai tekanan kuliah dan keluarga, quarter life crisis, hingga masalah kesehatan mental. Bagi Agus, Isu ini kemudian memantik panggilan hatinya untuk bergerak.
“Berangkat dari pengalaman sendiri, saya bergabung menjadi volunteer di organisasi kesehatan mental,” tuturnya pada detikEdu.
Menjadi relawan juga membuka kesempatan baginya untuk mengikuti pelatihan terkait kesehatan mental dan disabilitas mental psikososial lebih lanjut, termasuk pelatihan lintas isu seperti buruh dan gender.