Oleh : Azman Asgar
Sebentar lagi kejutan datang dari Ganjar Pranowo, partai pengusung baru saja bertemu, temanya konsolidasi partai pengusung Ganjar Pranowo. Tentu bukan hanya bahas strategi dan taktik untuk menang, tapi juga bicara soal bakal calon yang tepat dampingi Ganjar Pranowo.
Ada yang lebih menarik perhatianku dari pertemuan jajaran pimpinan Partai pengusung itu, ada sosok Ronny Tanusaputra di jejeran para ketum Partai yang sedang khusyuk bermusyawarah.
Ronny Tanusaputra, namanya cukup menterang di Sulawesi Tengah, selain pengusaha, namanya juga masuk sebagai Tenaga Ahli Gubernur Sulteng bidang Ekonimi dan Investasi. Terakhir bertemu di Jakarta Selatan, kediaman beliau. Saat itu, ia mengajak saya bergabung di Partai Perindo, satu kehormatan tersendiri bagi saya dijamu langsung oleh ‘pejabat teras’ DPP Partai Parindo.
Tapi, saat itu kami belum berjodoh. Saya menjelaskan posisi saya sebagai kader PRIMA dan sedang berjuang untuk ikut menjadi partai peserta pemilu, meskipun belakangan KPU belum meloloskan kami dengan alibi yang masih absurd. Ia menerima dengan baik alasan saya untuk belum bergabung, di selanya kami diskusi serius soal kesejahteraan, sistem kapitalisme global dan sosialisme yang juga terus mengalami pengembangan.
Karier politik Ronny Tanusaputra ini terbilang melejit, itu terhitung ketika namanya menjadi pergunjingan dijajaran elit Sulawesi Tengah. Tapi, Politisi satu ini ‘tahan banting’, ia tahu betul konsekuensi dari setiap pilihan yang ia ambil.
Semakin tinggi pohon, semakin kencang angin menerpa. Adagium ini relate dengan takdir politik seorang Ronny Tanusaputra. Kini namanya tidak lagi diingat sebagai TA (Tenaga Ahli) saja, tapi menjelma menjadi orang penting di Partai Perindo, kepercayaan Harry Tanoesoedibjo, lompatan yang sangat jauh dan cepat dari deretan nama-nama lain di Sulawesi Tengah.