Harapan Anak-Anak Pedalaman Suku Wana Nikmati Pendidikan

  • Whatsapp
Anak-anak suku Wana pedalaman morowali menikmati kegiatan belajar/ft:BS

Morowali,- Warga pedalaman yang tinggal di tengah hutan belantara pegunungan Tojo, Kabupaten Tojo Una-Una, Provinsi Sulawesi Tengah membuat warga Muallaf khususnya anak-anak sangat sulit dalam menjangkau sarana pendidikan.

Puluhan tahun tinggal di pedalaman tanpa mengenal dunia pendidikan, membuat mereka menjadi buta baca tulis bahkan tak kenal agama.

Front Pembela Islam (FPI) dan Hilal Merah Indonesia (HILMI) Sulawesi Tengah melalui Tim Dakwah Pedalaman Wana, yang menjadi pelopor perubahan bagi kehidupan warga tersebut.

FPI Morowali Mengajarkan anak suku wana belajar baca tulis/ft: FPI Morowali

Mereka pun dengan dana seadanya dari umat, berupaya menyediakan sarana pendidikan untuk warga pedalaman dengan menempatkan salah satu anggotanya, yakni Akhina Akmal Dg Pareba sebagai guru/pengajar di Perkampungan Muallaf Hidayah Sadame.

Perkampungan Muallaf tersebut terletak di tengah hutan belantara dengan sarana transportasi yang hanya dapat diakses dengan berjalan kaki dan memakan waktu sekitar 8-10 jam perjalanan. Hal itu menjadi tantangan sekaligus rintangan dalam menyediakan sarana pendidikan yang layak bagi warga Muallaf.

Adapun program pendidikan yang telah berjalan dua tahapan terakhir adalah, berhasil mengumpulkan kurang lebih 50 anak murid yang merupakan warga asli pedalaman wana, dengan memberikan materi pembelajaran awal membaca, menulis, dan berhitung.

“Insyaallah program ini akan terus berlanjut, selama lebih dari dua bulan, kami menjalankan proses belajar mengajar dan juga terus berupaya untuk menyediakan buku dan alat tulis serta tas sekolah,” ungkap Ketua DPD FPI Sulteng, Ustadz Sugianto Kaimudin.

Ia juga mengatakan bahwa ke depan, FPI Sulawesi Tengah akan membangun sekolah yang lebih layak bagi anak-anak Muallaf edalaman Wana.

“Kami juga secara perlahan akan membangun sekolah dengan dua ruang kelas, dimana saat ini proses belajar mengajar masih kami lakukan di pendopo dan masjid dengan segala keterbatasan dengan melantai dan meja sederhana, tanpa seragam,” tutur Ustadz Sugianto Kaimudin.

Ia berharap, kelak anak-anak pedalaman Wana yang juga merupakan generasi bangsa mampu bersaing dalam dunia pendidikan, sehingga kelak dapat mewarnai kehidupannya dalam mengenal bangsa dan negara tercinta Indonesia.

Selain baca tulis dan pembelajaran agama, para anak didik dibekali juga dengan pelajaran nilai-nilai kebangsaan, patriot dan kecintaan akan Bangsa Indonesia.

“Awalnya mereka tidak tau jika mereka tinggal di bumi Indonesia, mereka tak kenal warna bendera merah putih sebagai lambang negara, tak kenal Pancasila, namun saat ini selain mengeja huruf Al-Qur’an, mereka telah menghafal sila Pancasila,” tutur Ustadz Sugianto.

Dalam sistem pendidikan yang dikelola oleh FPI-HILMI kata Ustadz Sugianto, disesuaikan kemampuan para anak didik dan pengembangan pendidikan seperti di Madrasah.

“Besar harapan kami, kiranya ada uluran tangan dan kepedulian untuk memenuhi kebutuhan seragam sekolah, pakaian muslim dan muslimah yang dapat mereka gunakan, demikian juga bahan prasarana pembangunan dua lokal sekolah yang akan kami bangun pada akhir Desember 2020 ini,” harapnya.

Dari Pedalaman Wana, do’a yang tulus disampaikan Ustadz Sugianto terkhusus kepada Imam Besar Ummat Islam, Habib Muhammad Rizieq Syihab.

“Semoga beliau selalu dalam lindungan dan kasih sayang Allah SWT, engkau telah mengajarkan kepedulian dan keikhlasan serta Istiqomah kepada kami sehingga segala kesulitan dalam menempuh perjalan ke pedalaman Wana, menjadi ringan dan penuh kegembiraan,” tandasnya.***

Reporter: Bambang Sumantri

Berita terkait