Morowali,- Kasus penembakan Nelayan Bungku Selatan hingga saat ini belum mendapatkan titik terang. Belajar dari kasus ini petugas diminta harus membedakan masyarakat sebagai nelayan dan pelaku bom ikan.
Kelompok masyarakat yang khusus bergerak di bidang konservasi pesisir dan laut yakni Sombori Dive Conservation (SDC Morowali) melalui ketuanya Kasmuddin
membeberkan beberapa fakta yang berhasil mereka kumpulkan, Jum’at (5/3/2021).
Data SDC Morowali dari tahun 2015 sampai saat ini, sudah banyak kasus yang merenggut korban nyawa pelaku bom ikan, bius dan penyelam kompresor. Padahal kami sudah melakukan beberapa kali pembinaan.
“Banyak pembinaan yang sering Kami lakukan, sampai melakukan program aksi keliling pulau-pulau untuk memberikan pelatihan dan kampanye stop Illegal Fishing dan Destructife Fishing. Hal ini untuk memberikan solusi terhadap para pelaku bom ikan yang serius ingin kembali menjadi nelayan mencari nafkah dengan cara-cara yang ramah lingkungan, serta menampung seluruh keluhan masyarakat nelayan untuk diteruskan ke pihak Pemda dalam hal ini Dinas Perikanan untuk segera memberikan bantuan kebutuhan para nelayan”, jelas Kasmudin.
Menurutnya, sudah banyak langkah-langkah pelatihan, bimbingan yang dilakukan dan beberapa instansi terkait, bahkan sudah 4 kali pergantian Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, SDC sudah sering mengamati program bimbingan penyuluhan ke masyarakat pelaku bom ikan, sampai daftar nama-nama dan alamat pulau pelaku bom ikan juga telah disimpan untuk terus dikawal dan dibimbing agar bisa kembali menjadi pelaku usaha perikanan yang baik.
Jika melihat Desa Pulau Tiga, disana merukapan Kelompok Kader Konservasi Binaan SDC yang sudah lama di SK kan khusus oleh Pemda dalam hal ini Pokmaswas, mereka sering mendapati pihak pembom ikan dari luar dan bahkan mereka juga sering mengejar pelaku yang sangat meresahkan. Bayangkan saja sekali bom, pelaku mampu memporak-porandakan ekosistem laut, memang sasaran mereka hanya ikan tapi banyak ekosistem terumbu karang, ikan kecil dan bioata lainya turut menjadi korban kemudharatan tersebut” urainya.***
Reporter: Bambang Sumantri