Atas dasar kesaksian-kesaksian itu, jaksa meyakini tidak ada pelecehan seksual. Jaksa juga menyebut tidak ada keterangan yang menyebut Putri mandi, berganti pakaian ataupun melakukan pemeriksaan medis usai kejadian yang disebut pelecehan.
Jaksa juga menyebut Putri sempat memanggil Yosua dan bicara berdua di dalam kamar usai peristiwa yang diklaim sebagai pelecehan terjadi. Selain itu, jaksa juga menyinggung pernyataan Kuat tentang ‘duri dalam rumah tangga’.
“Adanya inisiatif saksi Putri untuk bicara dengan korban (Yosua) 10 sampai 15 menit dalam kamar tertutup setelah dugaan pelecehan, tidak ada saksi Ferdy Sambo meminta visum padahal Ferdy Sambo sudah pengalaman puluhan tahun sebagai penyidik, dan tindakan Ferdy Sambo yang membiarkan saksi Putri Candrawathi dan korban dalam rombongan dan satu mobil yang sama untuk isoman di Duren Tiga serta keterangan Kuat Ma’ruf terkait ‘duri dalam rumah tangga’, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi pelecehan pada 7 juli 2022 di Magelang melainkan perselingkuhan antara saksi Putri Candrawathi dan korban Yosua Hutabarat,” ucap jaksa dalam analisanya.
Jaksa juga menyinggung kesaksian Kuat yang menyebut-nyebut soal duri dalam rumah tangga Putri dan Sambo. Jaksa meyakini yang dimaksud duri adalah Yosua dan pernyataan itu diyakini menunjukkan Kuat telah mengetahui perselingkuhan antara Yosua dan Putri.
“Duri yang dimaksud adalah korban Yosua Hutabarat. Sehingga dari rangkaian dapat dinilai sebenarnya terdakwa Kuat Ma’ruf sudah mengetahui hubungan antara saksi Putri Candrawathi dan korban Yosua Hutabarat yang menjadi pemicu terampasnya nyawa korban Yosua Hutabarat,” ujar jaksa.
Pengacara Putri Candrawathi dan pengacara keluarga Yosua telah membantah analisa jaksa soal perselingkuhan tersebut. Menurut pihak Putri dan pihak keluarga Yosua, perselingkuhan itu tidak ada.