Meyakinkan Milenial pada Perbankan Konvensional; Challenge Era Digital

  • Whatsapp

Catatan Pinggir : Cak Ando | pemimpin redaksi www.kailipost.com 


HASIL Riset terbaru, telah memotret ada kecenderungan bergeser kepercayaan generasi milenial pada perbankan konvensional. 

Generasi ‘pemilik bumi’ akibat bonus demografi karakter utamanya; cepat (kemudahan akses), keamanan, dan layanan digital optimal. Gen Milenial dan Gen Z, amat sederhana keinginannya, pada riset itu. ‘Kapan saja, dimana saja’ mudah diakses. No ribet, dan mesti datang ke teller atau customer service kantor perbankan. 

Tentu di masa datang pergeseran animo dan kepercayaan gen milenial dan gen Z tidak ‘longsor’ dengan tajam. Selain menjadi harapan (hope) tentu juga challenge yang subtansial. 

Kita  berkeinginan agar perbankan tetap menjadi pilihan ‘menabung’ gen milenial dan gen Z di masa revolusi digitalisasi. Keinginan itu tentu challenge yang mesti segera diterjemahkan ke ruang aplikatif. 

PREFERENSI DIGITAL 

Apa sih yang menjadi indikator utama pergeseran kepercayaan itu? Ternyata adalah preferensi digitalisasi yang digunakan perbankan konvensional. Sehingga hal itu dominan menjadi alasan mereka kaum ‘rebahan’ memilih pindah ke bank digital atau layanan fintech. 

Temuan utama riset itu, milenial di AS lebih menyukai layanan keuangan melalui perbankan online atau selular. Kemudahan yang di atas telah disebutkan, ‘’Kapan saja dan dimana saja’’ bisa melayani mereka. 

Kedua; alasan utama bergesernya kepercayaan salah satunya pertimbangan keamanan ‘uang’ yang ditabungnya. Case case negatif yang viral  ‘tabungan nasabah hilang’ di sosial media menjadi arus bergesernya kepercayaan pada perbankan konvensional. 

Ketiga; Milenial tidak serta merta menolak bank konvensional, tetapi mereka tertarik pada bank yang beradaptasi dengan tren teknologi dan menawarkan pengalaman pelanggan berkualitas tinggi. Bank konvensional perlu berinovasi untuk mempertahankan segmen ini. 

Keempat; Miskin Literasi; studi menemukan di Indonesia, menunjukkan bahwa pengetahuan, lokasi, dan tingkat pelayanan memengaruhi kepercayaan milenial terhadap perbankan, baik konvensional maupun syariah. 

Namun, kurangnya literasi tentang perbedaan produk, misalnya antara bank syariah dan konvensional, dapat menimbulkan keraguan atau kecenderungan negatif terhadap produk tertentu. 

Kelima; Milenial dan Gen Z adalah pengguna bank digital paling aktif di Indonesia. Ini menunjukkan adopsi teknologi yang cepat dan potensi pergeseran kepercayaan dari model perbankan konvensional yang mengandalkan cabang fisik. 

Lantas apa clue yang terekam subtansial pada riset riset itu? Yang utama adalah seberapa adaptif perbankan konvensional mengadopsi layanan berbasis tehnologi digital, ketangguhan keamanan simpanan dan menyederhanakan tugas tugas ‘ribet’ pelayanan. 

PERAN GANDA MEDIA 

Masifnya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) berkolaborasi dengan media media mainstream dan pemanfaatan kampanye di sosial media  terasa bermanfaat. Termasuk, Kantor Wilayah III LPS Sulampua baru baru ini di Makassar (14-16/11/2025) dengan tajuk Media Gathering. 

Hemat penulis, sebagai kontribusi aktif, yaitu memasifkan peran ganda media. LPS memberikan ruang media menyelenggarakan event yang berorientasi penguatan literasi ‘Menabung Aman’ karena dijamin simpanan akan dikenbalikan bila terjadi hal tak diinginkan maksimal Rp2 miliar. 

Misalnya; media bekerjasama dengan LPS kegiatan sosialisasi, diskusi santai di kampus atau di sekolah sekolah menengah atas. Tentu bertujuan meyakinkan milenial bahwa menabung di bank aman. 

Dengan demikian pers, atau media tidak hanya berperan menyosialisasikan kegiatan LPS, tapi juga sudah berperan ganda menyelenggarakan event untuk membangun trust ke milenial. Pers memiliki tanggung jawab moral menjaga sistem keuangan perbankan nasional yang sehat. Dengan demikian praktisi media, jurnalis dan wartawan turut terlibat aktif mewujudkan tujuan LPS. Berimba Ketua? *** 

Berita terkait