Tiga Anak Saya Diperkosa, Saya Lapor ke Polisi, Polisi Menghentikan Penyelidikan

  • Whatsapp
Ilustrasi penghentian proses penyelidikan oleh polisi dalam kasus kekerasan seksual di Luwu Timur, Sulawesi Selatan. (Project M/Muhammad Nauval Firdaus - di bawah lisensi Creative Commons BY-NC-ND 2.0)

PADA satu perjalanan pagi yang dingin, Lydia memacu kendaraannya. Melewati kelokan, menyalip beberapa mobil truk. Sejak peristiwa kekerasan seksual menimpa anak-anaknya, ia telah meninggalkan rumah masa depan dan persiapan masa tuanya. 

Ia ingin menjual rumah itu karena ingin membakar kenangan buruk itu. Anak-anaknya tak menginginkan melihat rumah itu. Anak-anaknya menolak dan menangis kalau Lydia mengajak menengok rumah itu. 

Lydia, dengan keberanian yang tersisa dan kerentanan yang terus membuntutinya, memberikan saya akses menonton beberapa video di ponselnya yang memperlihatkan jejak-jejak kekerasan pemerkosa. Beberapa rekaman membuat saya tak sanggup melihatnya. 

Beberapa pekan setelah pencabulan itu, anak-anaknya mengeluh kesakitan. Di sebuah puskesmas di Luwu Timur, Lydia meminta surat rujukan untuk membawa anak-anaknya ke sebuah rumah sakit. 

Dalam surat rujukan itu tertulis diagnosis internal thrombosed hemorrhoid + child abuse. Kerusakan pada bagian anus akibat pemaksaan persenggamaan.

Diagnosis lain abdominal and pelvic pain. Kerusakan pada organ vagina akibat pemerkosaan. 

Diagnosis selanjutnya vaginitis atau peradangan pada vagina dan konstipasi atau susah buang air besar.  

Di rumah sakit rujukan itu, anak-anaknya memperagakan apa yang dilakukan ayah mereka setelah dokter bertanya apa penyebab luka-luka di bagian anus dan vagina. 

Diagnosis awal, dokumentasi foto dan rekaman video, serta hasil pemeriksaan ke rumah sakit ini diabaikan oleh penyidik Polres Luwu Timur. Polisi tidak melanjutkan secara serius temuan-temuan kekerasan ini. 

“Kalau memang hasil visum polisi bilang tidak ada ada luka dan tidak terjadi apa-apa,” kata Lydia, “kenapa polisi menolak waktu saya mau kasih foto dan video ini? Mereka bilang simpan saja, tidak perlu itu.” 

“Terus kenapa bisa pantat dan vagina anak saya luka sampai bengkak putih seperti kelihatan daging putih? 

“Kenapa anak-anak saya menangis kesakitan setiap mau buang air kecil dan buang air besar? Kenapa anak-anak saya bilang ayahnya orang jahat dan tidak mau ketemu lagi sekarang?” 

“Kalau pelaku memang tidak bersalah, kenapa dia tidak datang mencari anaknya, meminta kejelasan ke anak-anak? 

“Kalau orang-orang bilang ini fitnah, kenapa anak-anak fitnah ayahnya seperti itu?”

“Kalau pertanyaan itu tidak terjawab, apakah polisi akan membantu menemukan jawabannya? 

Tidak, kan.*

Tulisan ini adalah bagian dari serial reportase #PercumaLaporPolisi yang didukung oleh Yayasan Kurawal

Berita terkait